Kemana jejak anak muda itu? Jangan-jangan mereka hanya menjadikan sebuah blog sebagai trend sesaat! Menuliskan banyak ide di awal membuatnya, lalu menghilang dalam banyak komentar berlabel blogwalking, beralasan tidak melakukan update lagi dengan dalih ingin membuat blog menjadi lebih serius atau menjelmakannya menjadi suatu website tersendiri, dan menghilang pergi meninggalkan blog dengan banyak pengunjungnya tertahan rindu menanti tulisan mereka.

Atau, anak-anak muda itu mengawali membuat blog dengan tujuan menguraikan isi hati, menjelmakan gagasan tak terperi, mengungkap apa yang belum banyak orang ketahui. Akan tetapi, semua sirna, banyaknya kesibukan melanda menjadi alasan klasik dari jaman penjajahan Belanda. Beralaskan internet yang kadangkala tak mendukung dengan lokasi berada menjadi hal seakan dipaksa. Lucunya, ada yang beralasan karena kecewa sebab ia pernah mengincar seseorang di ranah blogosphere namun sudah keburu ditikung oleh kawan mainnya sesama blogosphere. Kalau demikian sih namanya kecewa, cinta bersemi di dunia maya, eksis di tangan-tangan tak berdosa, dan menjual banyak cerita hanya untuk menggaet sesuatu tanpa daya.

Anak-anak muda, di definisikan sebagai anak-anak dinamis, mereka selalu mencari cara agar dapat terlihat manis dan semakin eksis. Namun semua itu menjadi disorientasi tatkala visi dan misi teriris. Sungguh, hari ini ditengah ketidakstabilan bangsa, anak-anak muda juga menjadi generasi yang ikutan labil. Hari-hari mereka dipenuhi kegalauan. Bahkan sisi ruang batinnya tak lagi terisi dengan banyak pencerahan. Walhasil media sosialisasi tak bisa lagi menjadi medium imajinasi. Mereka menuangkannya dalam ranah peer group dan semakin comfort dengan apa yang mereka dapatkan. Trend sesaat menggejala banyak di negara kita. Bukan tanpa sebab, justru sudah beralih mengakibat.

Masih teringat beberapa tahun lalu, ketika blog menjadi media sosialisasi hangat. Kunjung-mengunjung menjadi trend tersendiri. Tapi seakan hal tersebut hanya sekedar menginvestasikan diri dan memiliki motif mencari sesuatu pengakuan tersendiri. Bukan lagi sebagai sebuah ketulusan dalam menuliskan peran-peran keseharian. Tapi justru malah menjadi tayangan saling menonjolkan dengan diberikan dan dibuatnya penghargaan-penghargaan. Ah, membayangkan beberapa tahun kemarin memang bagaikan berada dalam dunia fantasi atau trans studio. Penuh dengan tawa dan ceria, canda dan duka, mengharu biru, dan mempercepat denyut nadi demi memacu takikardi.

Tapi, sekali lagi tapi. Itu terjadi dan berlalu. Kini, wadah sosialisasi curahan hati tergerus dalam segenggam blackberry. Anak-anak muda itu sudah tak lagi gemar menuliskan apa-apa yang membangkitkan daya kreasi dan imajinasi. Anak-anak muda itu justru rajin meng-update status blackberry mereka. Inilah sebuah perpindahan medium sosialisasi dan eksistensi. Dari sebuah tulisan panjang menjadi sebuah barisan bit.ly. Entah apakah kita harus bangga, atau kita harus memakan mangga. Menghadapi ini semua.

Anak-anak muda, pada setiap masanya selalu memiliki cerita. Anak-anak muda itu senantiasa merekonstruksi sejarah menjadi sesuatu yang berbeda. Trend ditengah mereka hanya memiliki dua nyawa. Yakni apakah menjadi seksi atau menjadi seksi, eh maksudnya menjadi basi. Waktu tak lagi bisa membuktikan. Sebab waktu takkan bergerak tanpa adanya uang. Maka kepada uanglah kita menunggu pembuktian. Sebab yang dapat membuktikan seseorang kaya atau miskin adalah uang. Bukan lagi waktu. Lihatlah idiom waktu adalah uang. Sejatinya itu terbalik. Bagaimana bila diganti uang adalah waktu. Uang yang menjadikan anak-anak muda tenggelam dalam waktu-waktu luang.

Kita menunggu bagaimana kekuatan uang atau lebih kerennya capital market mengendalikan anak-anak muda disini. Di negara yang dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi negara lepas landas. Tapi mungkin sudah berubah menjadi negara yang terlepas dari landasannya. Alaa kulli haal, pembuktian dan jawaban tepat ialah seperti yang sering Mbah Sudjiwo Tedjo sampaikan, mengapa kita tidak membawanya kepada Ibu Negara.

6 tanggapan untuk “Anak Muda Blogosphere Kini

  1. Yang berjatuhan di jalan Blogging …….. 😦
    pada raib kemana yah Ji?

    lho itu kek judul buku yaa mbak nouf.. raib krn tujuan hidup telah tercapai, kekecewaan, atau kesibukan mbak

      1. kalo aq keknya masih ingin eksis Ji, krn aq masih ingin berbagi apa yang aq bisa. selama ada kesemoatan, kdg hatiku berbisik ingin meninggalkan blogging, tapi blom bisa… habis di rumah masih ada inet seh… n keknya ga tega deh kalau ada murid2 mayaku yang minta tolong ke aq tapi aqnya dah ga peduli ma blogku… #jadicurhatneh

        lanjutkan kreasinya…benar2 sharing ilmu yg bermanfaat bu nouf..

  2. bener,,, ank2 skrng… tu klo g da hp hdupnya hampa,,mereka labil.. butuh perhatian n sering bertindak sesuai kmauannya,, sulit patuh pd peraturan n pngen mcoba bnyak hal krn rs ingin taunya besar…

Tinggalkan komentar